- Tersenyum adalah prilaku yang sangat menyenangkan karena jadi penyejuk hati. Dalam tersenyum terpancar perasaan dan prilaku positif, yaitu keramahan, sopan santun, rasa hormat dan budi pekerti yang mulia. Dan senyum itu adalah sedekah. Bagi seorang perawat dan dokter senyum itu adalah obat bagi pasien, memiliki khasiat bisa mengurangi rasa sakit secara fisik dan psikis. Makanya senyum itu adalah sehat dan jangan malas senyum. Tersenyumlah seindah-indahnya bak matahari pagi, hati “berkicau” riang seperti murai berkicau di dahan kayu. Karena itu, senyum harus mengetuk pada dasar hati nurani para perawat dan dokter serta semua tenaga medis. Kesembuhan akan datang dengan kasih sayang. Hati manusia (pasien) bukan batu, tapi hati yang perasa. Yang menyatakan pasien dengan perawat adalah CINTA. Hadapilah segala sesuatu dengan cinta yang tergambar dalam senyum dan kasih sayang.
- Dan alangkah bahagianya tamu yang disambut dengan senyum manis dan muka jernih serta keindahan budi oleh pemilik rumah. Kalau datang dari jauh, tidak dilepas pulang, sebelum makan dulu. Memang orang Aceh suka sekali menerima tamu dan suka bertamu terutama untuk menyebarkan silaturahmi dan ukhuwah. Tersenyum adalah prilaku yang sangat menyenangkan dan menyejukkan hati. Sayangnya, sekarang budaya senyum manis dan tegur sapa keramah tamahan sudah hampir hilang. Khusus bagi tenaga medis, dokter dan perawat, senyum yang menawan dan tatapan mata yang mempesona itu sangat penting karena ia merupakan obat yang mujarab dan sitawar si dingin bagi pasien. Tapi senyum seorang petugas kesehatan teramat mahal karena waktu sibuk praktek dimana-mana, padahal senyum itu adalah sedekah dan pahala. Sangat menyedihkan, menurut Dr. H. Adnan Mahmud, M.PH selaku Kakanwil Kesehatan Daerah Istimewa Aceh yang mengatakan bahwa “tenaga kesehatan di Aceh sulit sekali tersenyum”. Padahal sebagai orang Aceh yang suka tersenyum, menandakan bahwa tidak dibenarkan cepat marah, tinggi emosi, beringas dan suka meledak-ledak.
- Adat yang diwariskan oleh orang tua kita ialah menahan diri. Apa yang ada dihati, apa yang tergores, berkesan, terselip dihati, disimpan baik-baik, tidak boleh tergambar dihati. Kalau sekiranya “harimau” di dalam hati, yang nampak keluar adalah “kambing”. Karena itu bagi seorang tenaga medis perlu senyum, bersikap ramah, dan hati yang bersih dan sejuk.
Hadist Rasulullah SAW : kamu tidak bisa menyenangkan orang dengan hartamu, tetapi kamu akan mampu menyenangkan mereka dengan kecerahan wajah dan keluhuran budi pekertimu. - Dengan hati yang pilu harus kita ungkapkan, sekarang telah kehilangan sikap “tersenyum” yang baik dan indah itu, dan menimbulkan proses yang negatif bahkan dapat menimbulkan rasa saling curiga satu sama lain, hilang rasa kasih sayang (love) dan pengertian (understanding). Bersikap muka masam, cemberut, bukanlah perbuatan yang baik padahal senyum dan pandangan mata menurut adat orang Aceh, mampu menembus jantung seseorang. Sesuatu hanya dapat dicapai dengan kelembutan senyum (dengan zachtheid), bukan dengan benci, dendam dan buruk sangka. Dengan senyum kita mampu membimbing dan membina hati nurani kita, menggugah jantung hati setiap orang, merasuk ke dalam jiwa setiap orang dengan kelemah lembutan. Dan jangan lupa pada setiap dirimu ada hak orang lain yang wajib anda berikan, meski hanya sekedar senyuman manis.
- Orang yang suka tersenyum memiliki hati yang gembira dan tidak berwajah masam (muka krõt lagée boh kruét). Hati yang gembira juga adalah obat karena hatinya jernih dan sejuk sesejuk embun pagi yang menetes di atas daun. Tersenyum manislah karena ia adalah anugerah yang tak terkira dari Tuhan. Bersyukurlah karena Allah SWT dengan kasih sayang Nya telah menanam nilai kasih sayang Nya dalam hati sanubari hamba Nya yang cinta dan kasih sayang kepada Nya. Karena cintanya kita kepada Allah, maka dengan segala kasih sayang Nya, kelembutan Nya dan keramahan Nya yang tersimpul dalam “Arrahman dan Arrahim”, Ia mencurahkan limpahan rahmat dan karunia Nya kepada umat Nya.
- “Berjabat tanganlah kamu sekalian, sesungguhnya berjabat tangan itu dapat menghilangkan dendam dalam hati”.
Dalam adat Aceh, jika dua orang bertemu satu sama lain, selalu berjabat tangan antara keduanya. Menurut Islam, kedua orang yang bersalaman itu akan diampuni dosanya oleh Allah sebelum mereka berpisah. Begitu bertemu, seorang diantaranya mendahului menyampaikan salam kehormatan Islam berupa “Assalamu ‘alaikum warahmatullahiwabarakatuh” diikuti dengan berjabatan tangan.
Sebuah hadist menyatakan:
“Maukah aku tunjukkan kepadamu satu pekerjaan yang mana apabila kamu kerjakan akan berkasih-kasihan, yaitu “ sebar luaskankan salam diantara kamu”.
Dalam adat Aceh, jika mau memasuki rumah orang, ucapkan salam Assalamu ‘alaikum W.W. Jadi, sebelum ada jawaban salam dan mempersilahkan masuk, kita harus tetap menunggu di luar lebih dahulu. - Adat Aceh menuntut warganya agar ramah tamah. Kalau berpapasan di tengah jalan, apalagi kalau lewat di depan rumah seseorang, tentu mereka saling bertegur sapa sesudah mengucapkan salam dan bersalaman. Misalnya : sapaan berupa peue haba (apa kabar), ho neu meu jak (mau kemana), panée ban (dari mana), neu piyõh dilée (singgah dulu). Tidak lupa, saling bertegur sapa itu dengan didahului senyum manis, ikhlas tanpa curiga. Kebiasaan tegur sapa tersebut adalah bentuk keakraban dan persahabatan menurut adat yang telah membudaya sejak zaman dahulu kala. Inilah salah satu “kelebihan” adat Aceh, terutama diperkampungan, yang menggambarkan keakraban, hangat dan bersahabat. Memang ciri khas adat Aceh adalah sikap ramah tamah dan sopan santun, yaitu ramah terhadap sesama manusia dan juga ramah terhadap lingkungan. Ungkapan “yang baik adalah budi”, menandakan orang Aceh adalah ramah dan berbudi. Sikap ramah dan sopan tercermin dalam kehidupan masyarakat. Begitu bertemu dan berpapasan di jalan, disambut dengan senyum hangat dan keakraban, disapa dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan yang dilatar belakangi keluhuran budi. Meunyoe dudoe han ék ta bõh yum. Karena itu jangan diperjualbelikan dan “menggadaikan” budi.
- Apa yang saya gambarkan di atas yaitu adat senyum simpul, suka menyapa, ramah tamah, sekarang sudah menjadi suatu yang “asing” dan “ganjil” karena dianggap mencampuri urusan orang lain dan menjaga batas dan tidak peduli lagi pada orang lain. Anak-anak muda sekarang ini sudah jauh sekali dari adat “menyapa” (saling menyapa), malah menjadi anti-sosial dan terkesan “angkuh”. Penyebabnya selain masalah moral dan budi pekerti, juga kurang ditanamkan oleh orang tua agar bersikap ramah terhadap orang lain, juga karena pengaruh kemajuan teknologi, antara lain teknologi komunikasi, telepon seluler dan perangkat komputer, menjadi alat komunikasi dan “bertegur sapa” melalui “alam maya”. Dunia digital telah mengubah interaksi manusia menjadi pertemuan virtual. Mereka menghabiskan waktu bertegur sapa di “alam maya” dengan teman-temannya tanpa diiringi pertemuan dari hati ke hati dan bersahabat, malah tidak pernah melihat senyum manis di hati “sahabat-sahabat baru-nya” melalui internet. Inilah antara lain degradasi budaya menyapa dan anti-sosial. Penggunaan layanan seperti “chatting” atau “facebook” di internet menyebabkan para remaja kehilangan adat tegur-sapa di alam nyata dan “berat lidah” untuk menyapa siapapun yang bersua dengannya.
- Sebagai bukti hilangnya rasa tegur sapa, dapat kita lihat pada pagar rumah yang tinggi-tinggi pakai batu bata. Ini sebagai tanda antara pemilik pagar rumah dengan tetangganya :
1). Sudah tidak mau saling mengenal lagi
2). Tidak dapat sewaktu-waktu bertegur sapa (apalagi tersenyum)
3). Tidak bersifat kekeluargaan
4). Tidak bersifat keakraban
5). Tidak bersifat kebersamaan
Kalau dulu, walau ada pagar, pagarnya sangat rendah, malah “pagar tanaman” sehingga mereka sering bertemu, malah ada yang mengatakan orang Aceh “memakan” pagar, karena pagar ditanami tanam-tanaman sayur dan daun-daunan yang bisa dimakan. - Marilah kita bertegur sapa dan tersenyum manis karena ia adalah amanah dan anugerah Allah kepada hamba-hamba Nya. Dan lingkungan pun turut tersenyum sebagai tanda kita saling bersahabat dengan alam.
Kamis, 24 November 2011
salam,senyum ,sapa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar