Jumat, 25 November 2011

HEPATITIS BERBAHAYA



HEPATITIS
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
A.    ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
         1.   Hepatitis A
a.       Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm
b.      Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan
c.       Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d.      Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
         2.   Hepetitis B (HBV)
a.       Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm
b.      Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c.       Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d.      Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
         3.   Hepatitis C (HCV)
a.       Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 – 60 nm.
b.      Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual.
c.       Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari
d.      Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
B.    PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati
C.    MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
          1.         Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
          2.         Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
          3.         Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
D.    TES DIAGNOSTIK
1.      ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2.      Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3.      Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4.      Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5.      Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6.      Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7.      Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8.      Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9.      Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10.  HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11.  Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12.  Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13.  Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14.  Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15.  Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16.  Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
E.     PENATALAKSANAAN MEDIK
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
F.            ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Biodata.
J  Identitas.
-          Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
-          Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
-          Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien.
                        b.      Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
                         c.      Riwayat kesehatan
                                   1.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas
                                   2.       Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya
                                   3.       Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
               2.   Diagnosa keperawatan yang lazim muncul .
a.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c.       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
d.      Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
e.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f.       Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi.
g.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan.
h.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
i.        Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
j.        Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
k.      Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas.
l.        Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
m.    Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin.
               3.   Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
           Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
            Kriteria hasil :
J Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
J Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.
              
Intervensi
Rasional
1.   Tingkatkan  tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.
2.   Tingkat aktifitas sesuai toleransi


3.   Awasi kadar enzim hepar.

Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
Tiarah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.

DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
             kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
 Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
J  Nafsu makan baik.
J  Tidak ada keluhan mual/muntah.
J  Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .
           
Intervensi
Rasional
1.      Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah.

2.      Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering.
3.      Lakukan perawatan mulut sebelum makan.
4.      Timbang  berat badan.

5.      Berikan obat vit. B kompleks, vit c dan tambahan diet lain sesuai indikasi.
Berguna dalam mendefinisikan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari.
Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan.
Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien.
Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.

 
DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.
                  Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
                  Kriteria hasil :
J  Tanda – tanda vital stabil :
TD : 90/50 – 120/70 mmhg
N   : 85 – 100 x/mnt
S    : 36 – 37
P    : 15 – 25 x/mnt
J Turgor kulit normal ( cepat kembali )
J Intake dan output seimbang.
Intervensi
Rasional
1.      Monitor intake dan output

2.      Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler , turgor kulit dan membran mukosa . 
3.      Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.

Memberikan informasi tentang penggantian /efek terapi.
Indikator volume sirkulasi / perfusi .



Mmmmemberikan cairan dan penggatian elektrolit.